Assalamu'alaikum W.B.t..
Alhamdulillah... saat ini saya ingin berbicara suatu perkara yang anda perlu ambil tahu tentangnya...
Wajib....
Kenalkah kalian dengan Firaun??
Kenalkah kalian dengan Raja-raja dan sultan..
Pasti anda kenal...
Dan Anda pasti kenal seorang penulis yang cukup masyhur dan salah satu kitabnya Yang bertajuk
" : Fathul Baari Syarh Shahih Bukhari"......
Mari kita mengenali siapa Penulis Kitab Tersebut..
(baca sampai habis)
Beliau Ialah Ibnu Hajar al-Asqalani
Beliau adalah al Imam al ‘Allamah al Hafizh Syihabuddin Abul
Fadhl Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Mahmud bin Hajar, al
Kinani, al ‘Asqalani, asy Syafi’i, al Mishri. Kemudian dikenal dengan nama Ibnu
Hajar, dan gelarnya “al Hafizh”. Adapun penyebutan ‘Asqalani adalah nisbat
kepada ‘Asqalan’, sebuah kota yang masuk dalam wilayah Palestina, dekat Ghuzzah
(Jalur Gaza-red).
Beliau lahir di Mesir pada bulan Sya’ban 773 H, namun tanggal
kelahirannya diperselisihkan. Beliau tumbuh di sana dan termasuk anak yatim
piatu, karena ibunya wafat ketika beliau masih bayi, kemudian bapaknya menyusul
wafat ketika beliau masih kanak-kanak berumur empat tahun.
Ketika wafat, bapaknya berwasiat kepada dua orang ‘alim
untuk mengasuh Ibnu Hajar yang masih bocah itu. Dua orang itu ialah Zakiyuddin
al Kharrubi dan Syamsuddin Ibnul Qaththan al Mishri.
PERJALANAN ILMIAH IBNU HAJAR
Perjalanan hidup al Hafizh sangatlah berkesan. Meski yatim
piatu, semenjak kecil beliau memiliki semangat yang tinggi untuk belajar.
Beliau masuk kuttab (semacam Taman Pendidikan al Qur’an) setelah genap berusia
lima tahun. Hafal al Qur’an ketika genap berusia sembilan tahun. Di samping
itu, pada masa kecilnya, beliau menghafal kitab-kitab ilmu yang ringkas, sepeti
al ‘Umdah, al Hawi ash Shagir, Mukhtashar Ibnu Hajib dan Milhatul I’rab.
Semangat dalam menggali ilmu, beliau tunjukkan dengan tidak
mencukupkan mencari ilmu di Mesir saja, tetapi beliau melakukan rihlah
(perjalanan) ke banyak negeri. Semua itu dikunjungi untuk menimba ilmu.
Negeri-negeri yang pernah beliau singgahi dan tinggal disana, di antaranya:
1. Dua tanah haram, yaitu Makkah dan Madinah. Beliau tinggal
di Makkah al Mukarramah dan shalat Tarawih di Masjidil Haram pada tahun 785 H.
Yaitu pada umur 12 tahun. Beliau mendengarkan Shahih Bukhari di Makkah dari
Syaikh al Muhaddits (ahli hadits) ‘Afifuddin an-Naisaburi (an-Nasyawari)
kemudian al-Makki Rahimahullah. Dan Ibnu Hajar berulang kali pergi ke Makkah
untuk melakukah haji dan umrah.
2. Dimasyq (Damaskus). Di negeri ini, beliau bertemu dengan
murid-murid ahli sejarah dari kota Syam, Ibu ‘Asakir Rahimahullah. Dan beliau
menimba ilmu dari Ibnu Mulaqqin dan al Bulqini.
3. Baitul Maqdis, dan banyak kota-kota di Palestina, seperti
Nablus, Khalil, Ramlah dan Ghuzzah. Beliau bertemu dengan para ulama di
tempat-tempat tersebut dan mengambil manfaat.
4. Shana’ dan beberapa kota di Yaman dan menimba ilmu dari
mereka.
Semua ini, dilakukan oleh al Hafizh untuk menimba ilmu, dan
mengambil ilmu langsung dari ulama-ulama besar. Dari sini kita bisa mengerti,
bahwa guru-guru al Hafizh Ibnu Hajar al ‘Asqlani sangat banyak, dan merupakan
ulama-ulama yang masyhur. Bisa dicatat, seperti: ‘Afifuddin an-Naisaburi
(an-Nasyawari) kemudian al-Makki (wafat 790 H), Muhammad bin ‘Abdullah bin
Zhahirah al Makki (wafat 717 H), Abul Hasan al Haitsami (wafat 807 H), Ibnul
Mulaqqin (wafat 804 H), Sirajuddin al Bulqini Rahimahullah (wafat 805 H) dan
beliaulah yang pertama kali mengizinkan al Hafizh mengajar dan berfatwa.
Kemudian juga, Abul-Fadhl al ‘Iraqi (wafat 806 H) –beliaulah yang menjuluki
Ibnu Hajar dengan sebutan al Hafizh, mengagungkannya dan mempersaksikan bahwa
Ibnu Hajar adalah muridnya yang paling pandai dalam bidang hadits-, ‘Abdurrahim
bin Razin Rahimahullah –dari beliau ini al Hafizh mendengarkan shahih al
Bukhari-, al ‘Izz bin Jama’ah Rahimahullah, dan beliau banyak menimba ilmu
darinya. Tercatat juga al Hummam al Khawarizmi Rahimahullah. Dalam mengambil
ilmu-ilmu bahasa arab, al Hafizh belajar kepada al Fairuz Abadi Rahimahullah,
penyusun kitab al Qamus (al Muhith-red), juga kepada Ahmad bin Abdurrahman
Rahimahullah. Untuk masalah Qira’atus-sab’ (tujuh macam bacaan al Qur’an),
beliau belajar kepada al Burhan at-Tanukhi Rahimahullah, dan lain-lain, yang
jumlahnya mencapai 500 guru dalam berbagai cabang ilmu, khususnya fiqih dan
hadits.
Jadi, al Hafizh Ibnu Hajar al Asqalani mengambil ilmu dari
para imam pada zamannya di kota Mesir, dan melakukakan rihlah (perjalanan) ke
negeri-negeri lain untuk menimba ilmu, sebagaimana kebiasaan para ahli hadits.
Layaknya sebagai seorang ‘alim yang luas ilmunya, maka
beliau juga kedatangan para thalibul ‘ilmi (para penuntut ilmu, murid-red) dari
berbagai penjuru yang ingin mengambil ilmu dari beliau, sehingga banyak sekali
murid beliau. Bahkan tokoh-tokoh ulama dari berbagai madzhab adalah murid-murid
beliau. Yang termasyhur misalnya, Imam ash-shakhawi (wafat 902 H), yang
merupakan murid khusus al Hafizh dan penyebar ilmunya, kemudian al Biqa’i (wafat
885 H), Zakaria al-Anshari (wafat 926 H), Ibnu Qadhi Syuhbah (wafat 874 H),
Ibnu Taghri Bardi (wafat 874 H), Ibnu Fahd al-Makki (wafat 871 H), dan masih
banyak lagi yang lainnya.
KARYA-KARYA AL HAFIZH IBNU HAJAR
Kepakaran al Hafizh Ibnu Hajar sangat terbukti. Beliau mulai
menulis pada usia 23 tahun, dan terus berlanjut sampai mendekti ajalnya. Beliau
mendapatkan karunia Allah Ta’ala di dalam karya-karyanya, yaitu
keistimewaan-keistimewaan yang jarang didapati pada orang lain. Oleh karena
itu, karya-karya beliau banyak diterima umat islam dan tersebar luas, semenjak
beliau masih hidup. Para raja dan amir biasa saling memberikan hadiah dengan
kitab-kitab Ibnu hajar Rahimahullah. Bahkan sampai sekarang, kita dapati banyak
peneliti dan penulis bersandar pada karya-karya beliau Rahimahullah.
Di antara karya beliau yang terkenal ialah: Fathul Baari
Syarh Shahih Bukhari, Bulughul Marom min Adillatil Ahkam, al Ishabah fi
Tamyizish Shahabah, Tahdzibut Tahdzib, ad Durarul Kaminah, Taghliqut Ta’liq,
Inbaul Ghumr bi Anbail Umr dan lain-lain.
Bahkan menurut muridnya, yaitu Imam asy-Syakhawi, karya
beliau mencapai lebih dari 270 kitab. Sebagian peneliti pada zaman ini
menghitungnya, dan mendapatkan sampai 282 kitab. Kebanyakan berkaitan dengan
pembahasan hadits, secara riwayat dan dirayat (kajian).
MENGEMBAN TUGAS SEBAGAI HAKIM
Beliau terkenal memiliki sifat tawadhu’, hilm (tahan emosi),
sabar, dan agung. Juga dikenal banyak beribadah, shalat malam, puasa sunnah dan
lainnya. Selain itu, beliau juga dikenal dengan sifat wara’ (kehati-hatian),
dermawan, suka mengalah dan memiliki adab yang baik kepada para ulama pada
zaman dahulu dan yang kemudian, serta terhadap orang-orang yang bergaul dengan
beliau, baik tua maupun muda. Dengan sifat-sifat yang beliau miliki, tak heran
jika perjalanan hidupnya beliau ditawari untuk menjabat sebagai hakim.
Sebagai contohya, ada seorang hakim yang bernama Ashadr al
Munawi, menawarkan kepada al Hafizh untuk menjadi wakilnya, namu beliau
menolaknya, bahkan bertekad untuk tidak menjabat di kehakiman. Kemudian,
Sulthan al Muayyad Rahimahullah menyerahkan kehakiman dalam perkara yang khusus
kepada Ibnu Hajar Rahimahullah. Demikian juga hakim Jalaluddin al Bulqani
Rahimahullah mendesaknya agar mau menjadi wakilnya. Sulthan juga menawarkan kepada
beliau untuk memangku jabatan Hakim Agung di negeri Mesir pada tahun 827 H.
Waktu itu beliau menerima, tetapi pada akhirnya menyesalinya, karena para
pejabat negara tidak mau membedakan antara orang shalih dengan lainnya. Para
pejabat negara juga suka mengecam apabila keinginan mereka ditolak, walaupun
menyelisihi kebenaran. Bahkan mereka memusuhi orang karena itu. Maka seorang
hakim harus berbasa-basi dengan banyak fihak sehingga sangat menyulitkan untuk
menegakkan keadilan.
Setelah satu tahun, yaitu tanggal 7 atau 8 Dzulqa’idah 828
H, akhirnya beliau mengundurkan diri.
Pada tahun ini pula, Sulthan memintanya lagi dengan sangat,
agar beliau menerima jabatan sebagai hakim kembali. Sehingga al Hafizh
memandang, jika hal tersebut wajib bagi beliau, yang kemudian beliau menerima
jabatan tersebut tanggal 2 rajab. Masyarakatpun sangat bergembira, karena
memang mereka sangat mencintai beliau. Kekuasaan beliau pun ditambah, yaitu
diserahkannya kehakiman kota Syam kepada beliau pada tahun 833 H.
Jabatan sebagai hakim, beliau jalani pasang surut. Terkadang
beliau memangku jabatan hakim itu, dan terkadang meninggalkannya. Ini berulang
sampai tujuh kali. Penyebabnya, karena banyaknya fitnah, keributan, fanatisme
dan hawa nafsu.
Jika dihitung, total jabatan kehakiman beliau mencapai 21
tahun. Semenjak menjabat hakim Agung. Terakhir kali beliau memegang jabatan
hakim, yaitu pada tanggal 8 Rabi’uts Tsani 852 H, tahun beliau wafat.
Selain kehakiman, beliau juga memilki tugas-tugas:
- Berkhutbah di Masjid Jami’ al Azhar.
- Berkhutbah di Masjid Jami’ ‘Amr bin al Ash di Kairo.
- Jabatan memberi fatwa di Gedung Pengadilan.
![]() |
NAma Beliau |
Di tengah-tengah mengemban tugasnya, beliau tetap tekun
dalam samudra ilmu, seperti mengkaji dan meneliti hadits-hadits, membacanya,
membacakan kepada umat, menyusun kitab-kitab, mengajar tafsir, hadits, fiqih
dan ceramah di berbagai tempat, juga mendiktekan dengan hafalannya. Beliau
mengajar sampai 20 madrasah. Banyak orang-orang utama dan tokoh-tokoh ulama
yang mendatanginya dan mengambil ilmu darinya.
KEDUDUKAN IBNU HAJAR RAHIMAHULLAH
Ibnu Hajar Rahimahullah menjadi salah satu ulama kebanggaan
umat, salah satu tokoh dari kalangan ulama, salah satu pemimpin ilmu. Allah
Ta’ala memberikan manfaat dengan ilmu yang beliau miliki, sehingga lahirlah murid-murid
besar dan disusunnya kitab-kitab.
Seandainya kitab beliau hanya Fathul Bari, cukuplah untuk
meninggikan dan menunjukkan keagungan kedudukan beliau. Karena kitab ini
benar-benar merupakan kamus Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaii wasallam. Sedangkan
karya beliau berjumlah lebih dari 150 kitab.
Adapun riwayat ringkas ini, sama sekali belum memenuhi hak
beliau. Belum menampakkan keistimewaan-keistimewaan beliau, dan belum
menonjolkan keutamaan-keutamaan beliau. Banyak para ulama telah menyusun
riwayat hidup al Hafizh secara luas. Di antara yang terbaik, yaitu tulisan
murid beliau, al ‘Allamah as-Sakhawi, dalam kitabnya, al Jawahir wad Durar fi
Tarjamati al Hafizh Ibnu hajar.
Dan setelah ini semua, beliau –semoga Allah memaafkannya-
memiliki aqidah yang tercampur dengan Asy’ariyah. Sehingga beliau Rahimahullah
termasuk ulama yang menta’wilkan sifat-sifat Allah, yang terkadang dengan
ketidak-pastian. Ini menyelisihi jalan salafush Shalih.*
Walaupun demikian, kita sama sekali tidak boleh menjadikan
kesalahan-kesalahan ini sebagai alat untuk mencela dan merendahkan kedudukan al
Hafizh. Karena jalan yang beliau tempuh adalah jalan Sunnah, bukan jalan
bid’ah. Beliau membela Sunnah, menetapkan masalah-masalah berdasarkan dalil.
Sehingga beliau tidak dimasukkan kepada golongan ahli bid’ah yang menyelisihi
Salaf. Banyak ulama dahulu dan sekarang memuji Ibnu Hajar Rahimahullah, dan
memegangi perkataan beliau yang mencocoki kebenaran, dan ini sangat baik.
Adapun mengenai kesalahannya, maka ditinggalkan.
Syaikh al Albani Rahimahullah mengatakan, Adalah merupakan
kedzaliman jika mengatakan mereka (yaitu an-Nawawi dan Ibnu Hajar al ‘Asqalani)
dan orang-orang semacam mereka termasuk ke dalam golongan ahli bid’ah. Menurut
Syaikh al Albani, meskipun keduanya beraqidah Asy’ariyyah, tetapi mereka tidak
sengaja menyelisihi al Kitab dan as Sunnah. Anggapan mereka, aqidah Asy’ariyyah
yang mereka warisi itu adalah dua hal: Pertama, bahwa Imam al Asy’ari
mengatakannya, padahal beliau tidak mengatakannya, kecuali pada masa sebelumnya,
(lalu beliau tinggalkan dan menuju aqidah Salaf, Red). Kedua, mereka menyangka
sebagai kebenaran, padahal tidak.**
WAFATNYA IBNU HAJAR
Ibnu Hajar wafat pada tanggal 28 Dzulhijjah 852 H di Mesir,
setelah kehidupannya dipenuhi dengan ilmu nafi’ (yang bermanfaat) dan amal
shalih, menurut sangkaan kami, dan kami tidak memuji di hadapan Allah terhadap
seorangpun. Beliau dikuburkan di Qarafah ash-Shugra. Semoga Allah merahmati
beliau dengan rahmat yang luas, memaafkan dan mengampuninya dengan karunia dan
kemurahanNya.
Demikian perjalanan singkat al Hafizh Ibnu hajar al
‘Asqalani. Semoga kita dapat mengambil manfaat, kemudian memotivasi kita untuk
selalu menggali ilmu dan beramal shalih. Wallahu a’lam.
CATATAN KAKI
*). Dapat diketahui dari pandangan Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin
Baaz terhadap juz-juz awal kitab Fathul Bari. Demikian juga beberapa kesalahan
berkaitan dengan aqidah yang di beri komentar oleh Syaikh Ali bin ‘Abdul ‘Aziz
bin Ali asy-Syibl yang melanjutkan komentar Syaikh ‘Abdul Aziz bin Baaz. Komentar-komentar
ini telah dibukukan dalam kitab at-Tanbih ‘alal Mukhalafat al ‘Aqidah fi Fathil
Bari.
**). Kaset Man Huwa al Kafir wa Man Huwa al Mubtadi’?
Dinukil dari catatam kaki kitab al Ajwibah al Mufidah min As’ilah al manahij al
Jadidah, hal 221; Fatwa-fatwa Syaikh Shalih al fauzan yang dikumpulkan oleh
Jamal bin Furaihan al Haritsi.
(SUMBER: Majalah As-Sunnah Edisi 11/X/1428 H/2007 M dengan
sedikit perubahan)
Alhamdulillah dah Baca sampai habis dah....
Penat membaca ka??
Jangan... Rugi... Itu sebahagian daripada Ilmu..... Alhamdulillah, saya ingin berbicara tentang beliau kerana baru-baru ini ketika jaulah Ziarah MaQam para Auliya' saya di bawa ke makam Beliau. Pada asalnya saya masih samar-samar berkaitan dengan namanya. Setelah diceritakan Oleh Ustaz Syed Aisam.. Alhamdulillah, akhirnya mengenali beliau dan beliau juga merupakan Tokoh Ulama' Yang termasyhur... Tetapi malangnya setiba saya di Maqam Beliau saya merasakan cukup hairan dan Sedih apabila melihat sebuah Maqam YAng dikatakan Para Auliya' dan juga syeikh termasyhur. Sejak Pada saat saya mendengar cerita berkaitan beliau, terdetik di hati untuk menyampaikan kisah kepada kalian yang dimana Ulama' yang termasyhur dan Kitabnya cukup Masyhur. Dijual disana-sini Keuntungan yang cukup tinggi. Malah wang Royalti pun tidak perlu bayar kepada mana-mana pihak.
Mari KIta Lihat sedikit gambar Makam yang amat Dhoif dan Lansung tidak Diubah suai atau diperbaiki...
![]() |
Pintu Masuk |
![]() |
Atap MaQam |
![]() |
MaQam Beliau |
![]() |
Pintu masuk |
![]() |
Maqam Beliau... |
Bagaimana Perasaan anda setelah anda mengenali Beliau dan Anda Melihat maqam Ulama' yang tidak terurus malah terbiar. Tidak Dijaga. Bukan kita ingin terlalu menagungkan , tetapi sekurang-kurangnya kita memelihara diatas jasa yang besar Untuk deen kita yakni Islam... Tetapi Lansung tidak diambil berat...
Bukan satu Maqam Nie sahaja.. Ada Lagi yang masih sebegini...
Disini saya nak mangajak sesiapa sahaja yang mempunyai sahabat handai yang bangsawan atau berkemampuan atau yang ingin menyumbang sebarang bantuan untuk membina semula...
Sila rujuk Ustaz Syed Aisam Al-habsyee.....
Akhir Kalam..
Bila Firaun Meninggal, Ada Piramid Diagungkan dan dijaga...
Bila Bangsawan Meninggal, Ada yang Membina sesuatu yang Indah diatasnya..
Bila Ulama' , Kita Lihat apa yang telah berlaku...
Bagi Yang berkesempatan dan mempunyai Rezki Lebih... Datanglah ziarah Maqam Auliya' di Bumi Mesir Ini..
Wallahu'alam....
Sekadar Perkongsian Perjalanan Hidup.....
(Sebarang Komen Dialu--alukan)
No comments:
Post a Comment